Aku yang terlahir kedunia ini, terus tumbuh dan berkembang
layaknya manusia pada umumnya, aku yang dibesarkan dari keluarga yang serba
berkecukupan, membuatku makin sadar akan pentingnya peranan dari orang tua
serta peranan dari orang orang disekitar ku. Aku yang terlahir sekitar 19 tahun
lalu, atau lebih tepatnya pada 18
Oktober 1994 , lahir sebagai anak pertama dari rahim seorang wanita yang sangat
kucinta, seorang wanita mulia yang rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk
dapat melahirkan ku di dunia ini.
Sebagai anak pertama, jujur saja kalau kedua orang tua ku
menaruh banyak harapan di pundak ku, oleh karena itulah aku sering kali di
nasehati untuk belajar dengan sungguh sungguh, agar kelak dapat meraih segala
cita-cita ku, sebab suatu hari nantilah
aku yang akan menjadi pengganti mereka di masa depan untuk dapat membimbing
serta membina adik-adik ku, aku diharapkan dapat menjadi panutan mereka
sekaligus menjadi kakak yang baik untuk mereka oleh kedua orang tua ku, sebuah
beban yang cukup berat ku rasa, namun sayangnya aku tidak menganggap ini semua
sebagai beban melainkan sebagai suatu motivasi besar dalam hidup agar aku terus
maju dan berdiri selangkah lebih maju dari teman teman dan inilah yang menjadi
pondasi utama ku dalam meraih semua cita-cita dan impian ku.
Aku sangat ingat
bagaimana aku di bina serta di didik oleh kedua orang tua ku, dulu sewaktu aku
masih di sekolah dasar (SD) aku merasan betul peran serta orang tua ku di setia
langkah langkah ku dalam menuntut ilmu, aku juga sangat ingat betul dahulu
mereka pernah berjanji kepadaku untuk memberi ku sebuah hadiah apabila aku
mendapat peringkat pertama di kelas dan mereka juga berjanji akan menghukum ku
apabila aku tidak memperoleh peringkat 10 besar di kelas, waktu itu aku
sangatlah takut, semenjak itulah aku mulai terus belajar dengan sungguh
sungguh, dan alhamdulillah perjuangan ku tidaklah sia sia, aku berhasil
mendapatkan peringkat pertama di kelas yang dapat membuat orangtua ku merasa
bangga kepada diri ku. Hal ini terulang hingga aku kelas 3SD sebab waktu aku
kelas 4SD sampai kelas 12 SMA aku tidak lagi mendapat peringkat pertama
melaikan hanya peringkat 2- 5, walau begitu aku tetap bersyukur karena aku
masih dapat meraih peringkat 5 besar di kelas, yah setidaknya tidak mendapat
hukuman dari orang tua ku.
Waktu SMP dulu saya
bersekolah di SMP N 244 di daerah Cilincing Jakarta Utara, sebuah sekolah
favorit yang menjadi dambaan orang tua ku, di kala itu mereka terus memaksa ku
untuk dapat menimba ilmu di sekolah tersebut, sebab sekoalah tersebut telah
meraih gelar Sekolah Standar Nasional (SSN) kalau di pikir pikir mungkin orang
tua ku menginginkanyang terbaik untuk anaknya, walau berat namun akhirnya aku
menjadi siswa dari sekolah tersebut ini semua mungkin adalah berkat kedua orang
tua ku dan keinginan ku yang keras untuk dapat bersekolah di sana, selama SMP
dulu saya telah dapat bersosialisasi dengan baik dengan mereka hal ini terbukti
aku cukup banyak memiliki teman di sekeliling ku, teman teman yang selalu
menemani selama aku berada di sekolah, namun hal ini berdampak buruk bagi
keperibadian diriku, sebab hampir 75 % segala bentuk tindakan ku telah
dipengaruhi teman, aku yang tadinya anak yang penurut, dan patuh pada orang tua
mulai berubah menjadi anak yang liar, bandel dan sulit diatur, dan yang lebih
parahnya aku mulai sedikit jauh dengan orang tua ku dan lebih dekat dengan
teman , memang sangatlah disayangkan selama SMP dulu aku mulai terjerumus dalam
berbagai kenakalan yang yang sampai saat ini masih menimbulkan kekecewaan yang
mendalam aku mulai belajar pacaran, penyalah gunaan akses internet sampai
berkelahi dengan teman dengan berbagai permasalan kecil dan berdampak buruk
pada diriku sendiri, memang sangat
disayangkan ketika SMP dulu saya telah salah bergaul dan salah pilih teman hingga
akhirnya ini semua terjadi.
Masa masa di SMA
dulu tidaklah jauh berbeda denga saat aku SMP dulu hanya saja aku sudah
bertambah dewasa dan mulai berpikir
tentang prilaku prilaku ku di masa lalu hanya saja seakan hal tersebut sudah
sangat sulit utuk dirubah, apabila aku ingin merubah semua sikap buruk ku
dimasa lalu ada saja teman yang terus membujuk ku agar kembali berbuat hal yang
tidak baik dan alhasil aku pun kembali terjerumus dan bahkan lebih parah lagi, sebab
saat SMA merupakan puncak dari kenakalan ku, aku mulai sering keluar masuk
ruang BP, sebuah ruangan khusus yang menangani siswa-siswi yang bermasalah
dengan berbagai kasus baik akademik maupun non akademik , namun tetap saja itu
sama sekali tidak membuat ku jera dan
kapok namun hal tersebut malah membuatku semakin liar dan bandel saja. Namun ketika aku menginjak kelas 11 SMA
perlahan sikap ku mulai berubah di karenakan berbagai faktor yang mana salah
satunya adalah aku dapat masuk ke jurusn Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Yah,
sebuah jurusan yang cukup membangkan untuk ku, mengingat di sekolah jurusan IPA
itu hanya ada satu kelas sedangkan untuk kelas jurusan IPS sendiri itu ada 6
kelas, dan hal ini menambah kebanggaan ku, aku memang tidaklah sepintar
anak-anak lain,tetapi setidaknya aku dapat
mengikuti pelajaran sebagai mana seharusnya, memang masuk jurusan IPA bukanlah
keinginan pribadi saya, sebab saya masuk jurusan IPA ini dikarenan sebuah tekat
besar, yah sebuah tekat untuk taruhan sepele yang telah saya lakukan dengan
pacar saya, saat itu kami bertaruh siapa yang berhasil masuk IPA akan
dikabulkan semua keinginannya oleh yang kalah, dan kebetulan aku lah yang
memenangka taruhan tersebut, dan hal ini lah yang merubah kepribadian saya
menjadi lebih baik lagi, ternyata memang benar seseorang itu dapat di nilai
dengan siapa dia berteman, aku yang dulunya baik menjadi berandal dan gara gara
teman juga aku telah berubah menjadi
anak yang baik, secara perlahan aku
mulai dekat kembali dengan kedua orang tua
ku, mulai dari situlah aku mulai membatasi dengan siapa saja aku
berteman, sebab aku sadar tidak semua
orang itu memiliki sikap yang baik, aku sudah tidak ingin terjerumus kembali.
Saat ini saya telah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,perlahan tapi pasti saya mulai beradaptasi kembali dengan kawan kawan
baru saya di sini dengan berbagai latar belakang yang berbeda, disini saya
mulai belajar bagaimana agar saya dapat terus berprilaku baik bahkan kalau
bisasaya ingin saya tingkatkan lagi segala prilaku baik saya. Dari sini juga saya
belajar untuk berteman baik dengan siapa saja namun jangan sampai prilaku
mereka mempengaruhi prilaku dan keperibadian saya.
Dari karangan
tersebut dapat saya ambil sebuah kesimpulan bahwa dahulu ketika saya masih
anak-anak atau lebih tepatnya ketika saya masih SD dahulu, saya merasa agen
sosiologi yang paling berpengaruh dalam hidup adalah keluarga lebih tepatnya
orang tua, sebab pada saat itu orang tua memegang kendali penuh atas segala
tindakan dan keputusan yang saya buat, saya juga merasa bahwa orang tua saya
menerapkan pola sosialisasi partisipatoris adapun agen sosialisasi lainnya
seperti teman, sekolah atau media masa
hanyalah memberikan peranan yang sangat kecil sebab peranan yang paling besar
saya rasakan dari orang tua saya sendiri.
Namun semua itu berubah ketika saya masuk ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi yaitu ketika saya duduk di bangku SMP dan SMA,
pada saat itu saya tidaklagi merasakan besarnya peranan orang tua seperti saya
SD dahulu ini dikarnakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh adalah teman
bagaimana tidak hampir seluruh waktu saya dihabiskan dengannya sedangkan untuk
keluarga mulai berkurang, yah memang saya maklumi pada saat itu kedua orang
saya pergi bekerja terutama ibu, ibu
pergi bekerja untuk menambah penghasilan keluarga sekaligus
mencari kesibukan sebab pada saat itu ibu ku masih trauma atas kepergian
adik laki-laki ku yang harus pergi meninggalkan dunia ini dikarena terserang
sebuah penyakit yang cukup tenar dikala itu. Dan karena kesibukan orang tua ku
itu pula peranan mereka sedikit memudar, adapun agen sosialisasi yang paling berpengaruh pada saya pada saat
SMP dan SMA adalah pertama teman kedua media masa ketiga sekolah dan yang
terakhir orang tua.
0 komentar:
Posting Komentar