Rabu, 03 April 2013

Sosialisasi ku


Aku yang terlahir kedunia ini, terus tumbuh dan berkembang layaknya manusia pada umumnya, aku yang dibesarkan dari keluarga yang serba berkecukupan, membuatku makin sadar akan pentingnya peranan dari orang tua serta peranan dari orang orang disekitar ku. Aku yang terlahir sekitar 19 tahun lalu, atau lebih tepatnya  pada 18 Oktober 1994 , lahir sebagai anak pertama dari rahim seorang wanita yang sangat kucinta, seorang wanita mulia yang rela mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk dapat melahirkan ku di dunia ini.

Sebagai anak pertama, jujur saja kalau kedua orang tua ku menaruh banyak harapan di pundak ku, oleh karena itulah aku sering kali di nasehati untuk belajar dengan sungguh sungguh, agar kelak dapat meraih segala cita-cita ku, sebab suatu  hari nantilah aku yang akan menjadi pengganti mereka di masa depan untuk dapat membimbing serta membina adik-adik ku, aku diharapkan dapat menjadi panutan mereka sekaligus menjadi kakak yang baik untuk mereka oleh kedua orang tua ku, sebuah beban yang cukup berat ku rasa, namun sayangnya aku tidak menganggap ini semua sebagai beban melainkan sebagai suatu motivasi besar dalam hidup agar aku terus maju dan berdiri selangkah lebih maju dari teman teman dan inilah yang menjadi pondasi utama ku dalam meraih semua cita-cita dan impian ku.
  Aku sangat ingat bagaimana aku di bina serta di didik oleh kedua orang tua ku, dulu sewaktu aku masih di sekolah dasar (SD) aku merasan betul peran serta orang tua ku di setia langkah langkah ku dalam menuntut ilmu, aku juga sangat ingat betul dahulu mereka pernah berjanji kepadaku untuk memberi ku sebuah hadiah apabila aku mendapat peringkat pertama di kelas dan mereka juga berjanji akan menghukum ku apabila aku tidak memperoleh peringkat 10 besar di kelas, waktu itu aku sangatlah takut, semenjak itulah aku mulai terus belajar dengan sungguh sungguh, dan alhamdulillah perjuangan ku tidaklah sia sia, aku berhasil mendapatkan peringkat pertama di kelas yang dapat membuat orangtua ku merasa bangga kepada diri ku. Hal ini terulang hingga aku kelas 3SD sebab waktu aku kelas 4SD sampai kelas 12 SMA aku tidak lagi mendapat peringkat pertama melaikan hanya peringkat 2- 5, walau begitu aku tetap bersyukur karena aku masih dapat meraih peringkat 5 besar di kelas, yah setidaknya tidak mendapat hukuman dari orang tua ku.
 Waktu SMP dulu saya bersekolah di SMP N 244 di daerah Cilincing Jakarta Utara, sebuah sekolah favorit yang menjadi dambaan orang tua ku, di kala itu mereka terus memaksa ku untuk dapat menimba ilmu di sekolah tersebut, sebab sekoalah tersebut telah meraih gelar Sekolah Standar Nasional (SSN) kalau di pikir pikir mungkin orang tua ku menginginkanyang terbaik untuk anaknya, walau berat namun akhirnya aku menjadi siswa dari sekolah tersebut ini semua mungkin adalah berkat kedua orang tua ku dan keinginan ku yang keras untuk dapat bersekolah di sana, selama SMP dulu saya telah dapat bersosialisasi dengan baik dengan mereka hal ini terbukti aku cukup banyak memiliki teman di sekeliling ku, teman teman yang selalu menemani selama aku berada di sekolah, namun hal ini berdampak buruk bagi keperibadian diriku, sebab hampir 75 % segala bentuk tindakan ku telah dipengaruhi teman, aku yang tadinya anak yang penurut, dan patuh pada orang tua mulai berubah menjadi anak yang liar, bandel dan sulit diatur, dan yang lebih parahnya aku mulai sedikit jauh dengan orang tua ku dan lebih dekat dengan teman , memang sangatlah disayangkan selama SMP dulu aku mulai terjerumus dalam berbagai kenakalan yang yang sampai saat ini masih menimbulkan kekecewaan yang mendalam aku mulai belajar pacaran, penyalah gunaan akses internet sampai berkelahi dengan teman dengan berbagai permasalan kecil dan berdampak buruk pada diriku sendiri,  memang sangat disayangkan ketika SMP dulu saya telah salah bergaul dan salah pilih teman hingga akhirnya ini semua terjadi.
    Masa masa di SMA dulu tidaklah jauh berbeda denga saat aku SMP dulu hanya saja aku sudah bertambah dewasa  dan mulai berpikir tentang prilaku prilaku ku di masa lalu hanya saja seakan hal tersebut sudah sangat sulit utuk dirubah, apabila aku ingin merubah semua sikap buruk ku dimasa lalu ada saja teman yang terus membujuk ku agar kembali berbuat hal yang tidak baik dan alhasil aku pun kembali terjerumus dan bahkan lebih parah lagi, sebab saat SMA merupakan puncak dari kenakalan ku, aku mulai sering keluar masuk ruang BP, sebuah ruangan khusus yang menangani siswa-siswi yang bermasalah dengan berbagai kasus baik akademik maupun non akademik , namun tetap saja itu sama sekali tidak membuat ku jera  dan kapok namun hal tersebut malah membuatku semakin liar dan bandel saja.  Namun ketika aku menginjak kelas 11 SMA perlahan sikap ku mulai berubah di karenakan berbagai faktor yang mana salah satunya adalah aku dapat masuk ke jurusn Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Yah, sebuah jurusan yang cukup membangkan untuk ku, mengingat di sekolah jurusan IPA itu hanya ada satu kelas sedangkan untuk kelas jurusan IPS sendiri itu ada 6 kelas, dan hal ini menambah kebanggaan ku, aku memang tidaklah sepintar anak-anak lain,tetapi setidaknya  aku dapat mengikuti pelajaran sebagai mana seharusnya, memang masuk jurusan IPA bukanlah keinginan pribadi saya, sebab saya masuk jurusan IPA ini dikarenan sebuah tekat besar, yah sebuah tekat untuk taruhan sepele yang telah saya lakukan dengan pacar saya, saat itu kami bertaruh siapa yang berhasil masuk IPA akan dikabulkan semua keinginannya oleh yang kalah, dan kebetulan aku lah yang memenangka taruhan tersebut, dan hal ini lah yang merubah kepribadian saya menjadi lebih baik lagi, ternyata memang benar seseorang itu dapat di nilai dengan siapa dia berteman, aku yang dulunya baik menjadi berandal dan gara gara teman  juga aku telah berubah menjadi anak yang baik, secara  perlahan aku mulai dekat kembali dengan kedua orang tua  ku, mulai dari situlah aku mulai membatasi dengan siapa saja aku berteman, sebab aku sadar  tidak semua orang itu memiliki sikap yang baik, aku sudah tidak ingin terjerumus kembali.
Saat ini saya telah berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,perlahan tapi pasti saya mulai beradaptasi kembali dengan kawan kawan baru saya di sini dengan berbagai latar belakang yang berbeda, disini saya mulai belajar bagaimana agar saya dapat terus berprilaku baik bahkan kalau bisasaya ingin saya tingkatkan lagi segala prilaku baik saya. Dari sini juga saya belajar untuk berteman baik dengan siapa saja namun jangan sampai prilaku mereka mempengaruhi prilaku dan keperibadian saya.
 Dari karangan tersebut dapat saya ambil sebuah kesimpulan bahwa dahulu ketika saya masih anak-anak atau lebih tepatnya ketika saya masih SD dahulu, saya merasa agen sosiologi yang paling berpengaruh dalam hidup adalah keluarga lebih tepatnya orang tua, sebab pada saat itu orang tua memegang kendali penuh atas segala tindakan dan keputusan yang saya buat, saya juga merasa bahwa orang tua saya menerapkan pola sosialisasi partisipatoris adapun agen sosialisasi lainnya seperti  teman, sekolah atau media masa hanyalah memberikan peranan yang sangat kecil sebab peranan yang paling besar saya rasakan dari orang tua saya sendiri.
Namun semua itu berubah ketika saya masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu ketika saya duduk di bangku SMP dan SMA, pada saat itu saya tidaklagi merasakan besarnya peranan orang tua seperti saya SD dahulu ini dikarnakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh adalah teman bagaimana tidak hampir seluruh waktu saya dihabiskan dengannya sedangkan untuk keluarga mulai berkurang, yah memang saya maklumi pada saat itu kedua orang saya pergi bekerja terutama ibu,  ibu pergi bekerja untuk menambah penghasilan keluarga  sekaligus  mencari kesibukan sebab pada saat itu ibu ku masih trauma atas kepergian adik laki-laki ku yang harus pergi meninggalkan dunia ini dikarena terserang sebuah penyakit yang cukup tenar dikala itu. Dan karena kesibukan orang tua ku itu pula peranan mereka sedikit memudar, adapun agen sosialisasi  yang paling berpengaruh pada saya pada saat SMP dan SMA adalah pertama teman kedua media masa ketiga sekolah dan yang terakhir orang tua. 

0 komentar:

Posting Komentar