1.
Pola Perubahan Sosial
1.1. Pola Linear
Etzioni-Halevy dan Etzioni
(1973:3-8) mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai
perubahan social dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama adalah
pola liner; menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola
yang pasti. Contoh yang diberikan Etzioni-Halevy dan Etzioni mengenai pemikiran linear ini
ilah karya Comte dan Spencer.
Menurut comte kemajuan progresif
peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak
terelakkan. Dalam teorinya ini dikenal dengan nama “Hukum Tiga Tahap” Comte
mengemukakkan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui
peradaan. Pada taha[ pertama tahap Teologis dan Militer, Comte mellihat bahwa
semua hubungan socialbersifat militer; masyarakat senantiasa bertujuan
menundukan masyarakat lain. Semua konsepsi teoretik dilandasi pada pemikiran
mengenai kekuatan-kekuatan adikodrati. Pengamatan dituntun oleh imajinasi;
penelitian tidak dibenarkan.
Tahap kedua, tahap Metafidiik dan
Yuridis, merupakan tahap antara yang menjebatani masyarakat militer dengan
masyarakat industry. Pengamatan masih dikuasai imajinasi tetapi lambat laun
semakin merubahahnya dan menjadi dasar bagi penelitian.
Pada tahap ketiga, tahap Ilmu
Pengetahuan dan Industri , industry mendominasi hubungan social dan produksi
menjadi tujuan utama masyarakat. Imajinasi telah dogeser oleh pengamatan dan
konsepsi-konsepsi teoritik telah bersifat positif.
Dari apa yang telah dikemukakan Comte
tersebut-perubahan yang pasti, serupa, tak terelakkan, dapat kita lihat bahwa
pandangannya mengenai perubahan sisoal bersifat unilinear. Spencer
mengemukakkan bahwa struktur social berkembang secara evolusioner dari struktur yang homogen menjadi heterogen.
Perubahan struktur berlangsung dengan diikuti perubahan fungsi. Suku yang
sederhana bergerak maju secara evolusioner ke arah ukuran lebih besar,
keterpaduan, kemajemukan, dan kepastian sehingga terjelma suatu bangsa yang
beradab.
Comte dan Spencer berbicara mengenai perubahan yang senantiasa
menuju kea rah kemajuan. Namun adapula pandagan unilinear yang cenderung
mengaung-agungkan masa lampau dan melihat bahwa masyarakat berkembang kea rah
kemunduran-suatu pandagan yang oleh Wilbert E.Moore (1963) dinamakan
“primitivisme.”
1.2.Pola
Siklus
Menurut pola kedua, pola siklus,
masyarakat berkembang laksana suatu roda: kadangkala naik ke atas, kadangkala
turun ke bawah. Pandangan
mengenai siklus kita jumpai dalam karya Vilfredo Pareto (lihat Pareto, 1935 dalam
Etzioni-Halevy dan Ezioni, ed. 1973:26-29). Dalam tulisannya mengenai sirkulasi
kaum elite (the circulation of elites)
Pareto mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan, lapisan
bawah atau lapisan atas, elite, yang terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi
lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa.
Menurut Pareto aristokrasi senantiasa akan
mengalami transformasi; sejarah menunjukkan bahwa aristokrasi hanya dapat
bertahan untuk jangka waktu tertentu saja dan akhirnya akan pudar untuk
selanjutnya diganti oleh suatu aristokrasi baru yang berasal dari lapisan
bawah. Sejarah, menurut Pareto, merupakan tempat pemakaman bagi aristokrasi.
Aristokrasi yang menempuh segala upaya untuk mempertahankan kekuasaan akhirnya
akan digulingkan melalui gerakan dengan disertai kekerasan atau revolusi. Sebagaimana halnya dengan Spengler, maka disini Pareto pun mengacu
pada pengalaman kaum aristocrat di Yunani, Romawi dan sebagainya.
1.3.Gabungan
Beberapa Pola
Sejumlah teori menampilkan
penggabungan antara kedua pola tersebut di atas. Max Weber merupakan tokoh sosiologi klasik lain yang
menurut Etzioni-Helevy dan Etzioni menghasilkan teori yang berpola siklus
(lihat Weber, 1958 dan 1947 dalam Etzioni-Halevy dan Etzioni, eds., 1973:40-53). Pemikiran Weber yang dinilai
mengandung pemikiran siklus ialah pembedaannya antara tiga jenis wewenang:
kharismatik, rasional-legal dan tradisional. Weber melihat bahwa wewenang yang
ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang kharismatik akan mengalami
ritinisasi sehingga beralih menjadi wewenang tradisional atau regional-legal;
kemudian akan muncul lagi wewenang kharismatik, yang diikuti dengan rutinisasi;
dan seterusnya. Di pihak lain, Weber pun melihat adanya perkembangan linear
dalam masyarakat, yaitu semakin meningkatnya rasionalitas.
Pandangan-pandangan
para tokoh sosiologi klasik tersebut sudah banyak yang ditinggalkan oleh para
tokoh sosiologi modern. Meskipun banyak tokoh sosiologi modern—khususnya
penganut fungsionalisme seperti Talcott Parsons dan Neil J. Smelser-menganut
pandangan mengenai perkembangan masyarakat secara evolusioner, namun suatu
perkembangan linear laksana teori tiga tahap Comte tidak dianut lagi. Meskipun
di kalangan tokoh sosiologi modern pun terdapat penganut pendekatan konflik,
seperti misalnya Ralf Dahrendorf, namun mereka pun sudah meninggalkan banyak
sdi antara pemikiran asli Marx.
2.
Perubahan
Sosial Di Abad Ke 20
Teori- teori yang dikemukakan para perintis
awal sosiologi muncul sebagai reaksi sebagai reaksi terhadap
perubahan-perubahan sosial besar yang terjadi pada masyarakat Barat,terutama di
Eropa Barat . Nalisasi, Defodasi urbanisasi serta perkembangan kafitalisme
memang baru sebatas pada masyarakat Eropa Barat. Berakhirnya perang dunia II
diikuti perubahan-perubahan sosial besar dikawasan Asia,Afrika,dan Amerika
selatan baik di negara-negara yang telah ada maupun di negara-negara baru yang
telah bebas dari penjajahan. Pusat-pusat studi yang mengkhususkan diri pada
masyarakat non-Barat ini mulai berkembang diberbagai negara Barat.
Negara-negara non-Barat ini mulai diberi julukan seperti :masyarakat-masyarakat
dunia ketiga, negara-negara terkebelakang,negara-negara sedang berkembang atau
negara-negara selatan.
Giddens
(1989) mengemukakan bahwa kesaling ketergantungan masyarakat dunia semakin meningkat.
Proses peningkatan kesalingketergantungan masyarakat dunia ini dinamakannya
globalisasi dan ditandai kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup
masyarakat-masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga. Menurutnya tiap
tahun jutaan makanan setiap orang,sedangkan sejumlah besar bahan makanan
tersimpan atau dimusnahkan di negara-negara Barat. Gejala-gejala perubahan
sosial lain yang dicatat Giddens ialah tumbuh dan berkembangnya negara negara
industri baru,dan semakin meningkatnya komunikasi antar negara sebagai dampak
teknologi komunikasi yang semakin canggih.
Masalah
globalisasi diulas pula oleh Waters. Waters berpandangan bahwa globalisasi
berlangsung di tiga bidang kehidupan,yaitu perekonomian,politik,dan budaya.
Menurutnya globalisasi ekonomi berlangsung dibidang perdagangan, produksi, investadi,
ideologi, organisasi, pasar modal,.dan pasar kerja; globalisasi politik terjadi
di bidang kedaultan negara,fokus kegiatan pemecah masalah, organisasi
internasional,hubungan internasional, dan budaya polotik; dan globalisasi
budaya,terjadi dal bidang apa yang dinamakannya ide keagaman, etnisitas, pola
pertukaran benda berharga, produksi dan distribusi gambaran sama ke sulurahan
dunia, dan pariwisata.
3.
Teori-Teori
Modern Mengenai Perubahan Sosial
Teori-teori
modern yang terkenal ialah,antara,lain, teori-teori modernisasi para penganut
pendekatan fungsionalisme seperti Neil J.Slemser dan Alex Inkeles, teori
ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan konflik,dan teori
mengenai sistem dunia dari walllerstrein.
Diantara teori-teori klasik dan teori-teori
modern kita dapat menjumpai benang merah. Teori-teori modernisasi pun cenderung
melihat perkembangan masyarakat dunia ketiga berlangsung secara evolusioner dan
linear dan bahwa masyarakat bergerak kearah kemajuan dari tradisi ke moderitas.
Teori modernisasi mengangap bahwa
negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju
di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses
modernisasi. Teori berpandang bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang
perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai
tahap tinggal landas(take off) kearah perkembangan ekonomi.
Teori ketergantungan. Menurut teori ini
(dependensia) yang didasarkan pada pengalaman negara-negara Amerika Latin ini
perkembangam dunia tidak merata;negara-negara industri menduduki posisi dominan
sedangkan negara-negara Dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya.
Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia
ketiga,menurut teori ini, berjalan bersamaan; dikala negara industri mengalami
perkembangan, maka negara-negara dunia ketiga yang mengalami kolonialisme dan
neo kolonialisme, khususnya di Amerika Latin, tidak mengalami "tinggal
landas" tetapi justru menjadi semakin terbelakang.
Teori
sistem dunia. Menurut teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstrein ini
perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara
inti, negara-negara semi-periferi dan negara-negara periferi. Negara-negara
inti terdiri atas negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali proses
industrialisasi dan berkbang pesat,sedangkan negara-negara inti dan secara
ekonomis tidak berkembang. Negara-negara periferi merupakan kawasan Asia dan
Afrika yang semula merupakan kawasan ekstrem karena berada diluar jaringan
perdagangan negara inti tetapi kemudian melalui kolonisasi ditarik kedalam
sistem dunia.
Kontak antara masyarakat barat
dengan pribumi yang telah mengakibatkan perubahan sosial pada masyarakat asia
tenggara pun telah menarik perhatian ahli para ilmuwan sosial. Kemajemukan
masyarakat-masyarakat di Asia Tenggara telah memungkinkan munculnya berbagai
konsep dan teori yang dilandaskan pada pengalaman khas berbagai masyarakat asia
tenggara.
Pada awal abad ini
J.H. Boeke, seorang ahli ekonomi Belanda mempertanyakan mengapa dalam
masyarakat Barat kekuatan kapitalisme telah membawa peningkatan taraf hidup
danpersatuan masyarakat barat, sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme
justru bersifat merusak. Dengan datangnya kapitalisme di masyarakat timur
ikatan-ikatan komunitas melemah, dan taraf hidup masyarakat menurun. Di asia
tenggara sendiri lapisan atas masyarakat mengalami westernisasi dan urbanisasi
sedangkan lapisan bawah menjadi semakin miskin.
Menurut Boeke, gejala ini disebabkan karena kapitalisme telah
mengakibatkan terjadinya ekonomi dualistis. Dalam suatu masyarakat dualistis,
kita jumpai sejumlah antitesis, yaitu pertentangan antara faktor produksi pada
masyarakat barat yang dinamis dan pada masyarakat pribumi di pedesaan yang
bersifat statis, masyarakat perkotaan (yang terdiri atas masyarakat barat)
dengan masyarakat pedesaan ( oarang timur), ekonomi uang dan ekonomi barang,
sentralisasi administrasi dan lokalisasi, kehidupan yang didominasi mesin
(masyarakat barat) dan yg didominasi
kekuatan alam ( masyarakat timur), dan perekonomian produsen dan
perekonomian konsumen.
Dampak pengaruh
kapitalisme terhada masyakat pribumi dibahas oleh Clifford Geertz dalam bukunya
Agrikultural Involusion (involusi
pertanian). Menurut geertz kontak dengan kaptalisme barat tidak menghasilkan
perubahan secara evolusioner pada masyarakat pedesaan di jawa, melainkan suatu
proses yang dinamakannya involusi. Penetrasi kapitalisme barat terhadap sistem
sawah di jawa membawa kemakmuran di
barat tetapi mengakibatkan suatu proses “tinggal landas” berupa peningkatan
jumlah penduduk pedesaan. Ternyata kelebihan penduduk ini dapat diserap sawah
melalui proses involusi, yaitu suatu kerumitan berlebihan yang semakin rinci
yang memungkinkan tiap orang tetap menerima bagian dari panen meskipun
bagiannya memang semakin mengecil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpilan
Pemikiran para
tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan pola dalam
beberapa pola,pola pertama ialah pola linear,pola kedua,pola siklus,
polaketiga,pengubahan antara pola pertama dan pola kedua.
Masalah globalisai
diulas pula oleh waters. Waters berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di
tiga bidang kehidupan, yaitu perekonomian,politik,dan budaya.
Teori-teori
moderen yang dikenal ialah teori-teori maderenisasi, teori ketergantungan,dan
teori mengenai sistem dunia.
Teori moderenisai
menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan
negara industri maju di barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang
pula melalui proses moderenisasi.
Menurut teori ketergantungan yang didasarkan pada
pengalaman negara-negara amerika latin,negara-negara industri menduduki posisi
dominan sedangkan negara-negara dunia ketiga secara ekonomis tergantung
padanya; di kala negara-negara industri mengalami kolonialisme dan
neo-kolonelisme justru menjadi terbelakang.
Menurut boeke
dalam masyarakat barat kekuatan kapitalisme telah membawa peningkatan taraf
hidup dan persatuan masyarakat,sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme
justru bersifat merusak.
0 komentar:
Posting Komentar