Senin, 06 Mei 2013

Pola Perubahan Sosial




1.      Pola Perubahan Sosial
1.1. Pola Linear
Etzioni-Halevy dan Etzioni (1973:3-8) mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan social dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama adalah pola liner; menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti. Contoh yang diberikan Etzioni-Halevy  dan Etzioni mengenai pemikiran linear ini ilah karya Comte dan Spencer.
Menurut comte kemajuan progresif peradaban manusia mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak terelakkan. Dalam teorinya ini dikenal dengan nama “Hukum Tiga Tahap” Comte mengemukakkan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui peradaan. Pada taha[ pertama tahap Teologis dan Militer, Comte mellihat bahwa semua hubungan socialbersifat militer; masyarakat senantiasa bertujuan menundukan masyarakat lain. Semua konsepsi teoretik dilandasi pada pemikiran mengenai kekuatan-kekuatan adikodrati. Pengamatan dituntun oleh imajinasi; penelitian tidak dibenarkan.

Tahap kedua, tahap Metafidiik dan Yuridis, merupakan tahap antara yang menjebatani masyarakat militer dengan masyarakat industry. Pengamatan masih dikuasai imajinasi tetapi lambat laun semakin merubahahnya dan menjadi dasar bagi penelitian.
Pada tahap ketiga, tahap Ilmu Pengetahuan dan Industri , industry mendominasi hubungan social dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat. Imajinasi telah dogeser oleh pengamatan dan konsepsi-konsepsi teoritik telah bersifat positif.
Dari apa yang telah dikemukakan Comte tersebut-perubahan yang pasti, serupa, tak terelakkan, dapat kita lihat bahwa pandangannya mengenai perubahan sisoal bersifat unilinear. Spencer mengemukakkan bahwa struktur social berkembang secara evolusioner  dari struktur yang homogen menjadi heterogen. Perubahan struktur berlangsung dengan diikuti perubahan fungsi. Suku yang sederhana bergerak maju secara evolusioner ke arah ukuran lebih besar, keterpaduan, kemajemukan, dan kepastian sehingga terjelma suatu bangsa yang beradab.
            Comte dan Spencer berbicara mengenai perubahan yang senantiasa menuju kea rah kemajuan. Namun adapula pandagan unilinear yang cenderung mengaung-agungkan masa lampau dan melihat bahwa masyarakat berkembang kea rah kemunduran-suatu pandagan yang oleh Wilbert E.Moore (1963) dinamakan “primitivisme.” 
1.2.Pola Siklus
Menurut pola kedua, pola siklus, masyarakat berkembang laksana suatu roda: kadangkala naik ke atas, kadangkala turun ke bawah. Pandangan mengenai siklus kita jumpai dalam karya Vilfredo Pareto (lihat Pareto, 1935 dalam Etzioni-Halevy dan Ezioni, ed. 1973:26-29). Dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elite (the circulation of elites) Pareto mengemukakan bahwa dalam tiap masyarakat terdapat dua lapisan, lapisan bawah atau lapisan atas, elite, yang terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas: elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa.
Menurut Pareto aristokrasi senantiasa akan mengalami transformasi; sejarah menunjukkan bahwa aristokrasi hanya dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu saja dan akhirnya akan pudar untuk selanjutnya diganti oleh suatu aristokrasi baru yang berasal dari lapisan bawah. Sejarah, menurut Pareto, merupakan tempat pemakaman bagi aristokrasi. Aristokrasi yang menempuh segala upaya untuk mempertahankan kekuasaan akhirnya akan digulingkan melalui gerakan dengan disertai kekerasan atau revolusi. Sebagaimana halnya dengan Spengler, maka disini Pareto pun mengacu pada pengalaman kaum aristocrat di Yunani, Romawi dan sebagainya.

1.3.Gabungan Beberapa Pola
            Sejumlah teori menampilkan penggabungan antara kedua pola tersebut di atas. Max Weber merupakan tokoh sosiologi klasik lain yang menurut Etzioni-Helevy dan Etzioni menghasilkan teori yang berpola siklus (lihat Weber, 1958 dan 1947 dalam Etzioni-Halevy dan Etzioni,  eds., 1973:40-53). Pemikiran  Weber yang dinilai mengandung pemikiran siklus ialah pembedaannya antara tiga jenis wewenang: kharismatik, rasional-legal dan tradisional. Weber melihat bahwa wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang kharismatik akan mengalami ritinisasi sehingga beralih menjadi wewenang tradisional atau regional-legal; kemudian akan muncul lagi wewenang kharismatik, yang diikuti dengan rutinisasi; dan seterusnya. Di pihak lain, Weber pun melihat adanya perkembangan linear dalam masyarakat, yaitu semakin meningkatnya rasionalitas.
            Pandangan-pandangan para tokoh sosiologi klasik tersebut sudah banyak yang ditinggalkan oleh para tokoh sosiologi modern. Meskipun banyak tokoh sosiologi modern—khususnya penganut fungsionalisme seperti Talcott Parsons dan Neil J. Smelser-menganut pandangan mengenai perkembangan masyarakat secara evolusioner, namun suatu perkembangan linear laksana teori tiga tahap Comte tidak dianut lagi. Meskipun di kalangan tokoh sosiologi modern pun terdapat penganut pendekatan konflik, seperti misalnya Ralf Dahrendorf, namun mereka pun sudah meninggalkan banyak sdi antara pemikiran asli Marx.

2.      Perubahan Sosial Di Abad Ke 20

             Teori- teori yang dikemukakan para perintis awal sosiologi muncul sebagai reaksi sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan sosial besar yang terjadi pada masyarakat Barat,terutama di Eropa Barat . Nalisasi, Defodasi urbanisasi serta perkembangan kafitalisme memang baru sebatas pada masyarakat Eropa Barat. Berakhirnya perang dunia II diikuti perubahan-perubahan sosial besar dikawasan Asia,Afrika,dan Amerika selatan baik di negara-negara yang telah ada maupun di negara-negara baru yang telah bebas dari penjajahan. Pusat-pusat studi yang mengkhususkan diri pada masyarakat non-Barat ini mulai berkembang diberbagai negara Barat. Negara-negara non-Barat ini mulai diberi julukan seperti :masyarakat-masyarakat dunia ketiga, negara-negara terkebelakang,negara-negara sedang berkembang atau negara-negara selatan.
            Giddens (1989) mengemukakan bahwa kesaling ketergantungan masyarakat dunia semakin meningkat. Proses peningkatan kesalingketergantungan masyarakat dunia ini dinamakannya globalisasi dan ditandai kesenjangan besar antara kekayaan dan tingkat hidup masyarakat-masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga. Menurutnya tiap tahun jutaan makanan setiap orang,sedangkan sejumlah besar bahan makanan tersimpan atau dimusnahkan di negara-negara Barat. Gejala-gejala perubahan sosial lain yang dicatat Giddens ialah tumbuh dan berkembangnya negara negara industri baru,dan semakin meningkatnya komunikasi antar negara sebagai dampak teknologi komunikasi yang semakin canggih.
            Masalah globalisasi diulas pula oleh Waters. Waters berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan,yaitu perekonomian,politik,dan budaya. Menurutnya globalisasi ekonomi berlangsung dibidang perdagangan, produksi, investadi, ideologi, organisasi, pasar modal,.dan pasar kerja; globalisasi politik terjadi di bidang kedaultan negara,fokus kegiatan pemecah masalah, organisasi internasional,hubungan internasional, dan budaya polotik; dan globalisasi budaya,terjadi dal bidang apa yang dinamakannya ide keagaman, etnisitas, pola pertukaran benda berharga, produksi dan distribusi gambaran sama ke sulurahan dunia, dan pariwisata.

3.      Teori-Teori Modern Mengenai Perubahan Sosial

            Teori-teori modern yang terkenal ialah,antara,lain, teori-teori modernisasi para penganut pendekatan fungsionalisme seperti Neil J.Slemser dan Alex Inkeles, teori ketergantungan Andre Gunder Frank yang merupakan pendekatan konflik,dan teori mengenai sistem dunia dari walllerstrein.
           

 Diantara teori-teori klasik dan teori-teori modern kita dapat menjumpai benang merah. Teori-teori modernisasi pun cenderung melihat perkembangan masyarakat dunia ketiga berlangsung secara evolusioner dan linear dan bahwa masyarakat bergerak kearah kemajuan dari tradisi ke moderitas.
                Teori modernisasi mengangap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses modernisasi. Teori berpandang bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi berbagai kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai tahap tinggal landas(take off) kearah perkembangan ekonomi.
                Teori ketergantungan. Menurut teori ini (dependensia) yang didasarkan pada pengalaman negara-negara Amerika Latin ini perkembangam dunia tidak merata;negara-negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara-negara Dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya. Perkembangan negara-negara industri dan keterbelakangan negara-negara dunia ketiga,menurut teori ini, berjalan bersamaan; dikala negara industri mengalami perkembangan, maka negara-negara dunia ketiga yang mengalami kolonialisme dan neo kolonialisme, khususnya di Amerika Latin, tidak mengalami "tinggal landas" tetapi justru menjadi semakin terbelakang.
            Teori sistem dunia. Menurut teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstrein ini perekonomian kapitalis dunia kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi dan negara-negara periferi. Negara-negara inti terdiri atas negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali proses industrialisasi dan berkbang pesat,sedangkan negara-negara inti dan secara ekonomis tidak berkembang. Negara-negara periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang semula merupakan kawasan ekstrem karena berada diluar jaringan perdagangan negara inti tetapi kemudian melalui kolonisasi ditarik kedalam sistem dunia.

4.      Perubahan Sosial Di Asia Tenggara
Kontak antara masyarakat barat dengan pribumi yang telah mengakibatkan perubahan sosial pada masyarakat asia tenggara pun telah menarik perhatian ahli para ilmuwan sosial. Kemajemukan masyarakat-masyarakat di Asia Tenggara telah memungkinkan munculnya berbagai konsep dan teori yang dilandaskan pada pengalaman khas berbagai masyarakat asia tenggara.
            Pada awal abad ini J.H. Boeke, seorang ahli ekonomi Belanda mempertanyakan mengapa dalam masyarakat Barat kekuatan kapitalisme telah membawa peningkatan taraf hidup danpersatuan masyarakat barat, sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme justru bersifat merusak. Dengan datangnya kapitalisme di masyarakat timur ikatan-ikatan komunitas melemah, dan taraf hidup masyarakat menurun. Di asia tenggara sendiri lapisan atas masyarakat mengalami westernisasi dan urbanisasi sedangkan lapisan bawah menjadi semakin miskin.
Menurut Boeke, gejala ini disebabkan karena kapitalisme telah mengakibatkan terjadinya ekonomi dualistis. Dalam suatu masyarakat dualistis, kita jumpai sejumlah antitesis, yaitu pertentangan antara faktor produksi pada masyarakat barat yang dinamis dan pada masyarakat pribumi di pedesaan yang bersifat statis, masyarakat perkotaan (yang terdiri atas masyarakat barat) dengan masyarakat pedesaan ( oarang timur), ekonomi uang dan ekonomi barang, sentralisasi administrasi dan lokalisasi, kehidupan yang didominasi mesin (masyarakat barat) dan yg didominasi  kekuatan alam ( masyarakat timur), dan perekonomian produsen dan perekonomian konsumen.
            Dampak pengaruh kapitalisme terhada masyakat pribumi dibahas oleh Clifford Geertz dalam bukunya Agrikultural Involusion (involusi pertanian). Menurut geertz kontak dengan kaptalisme barat tidak menghasilkan perubahan secara evolusioner pada masyarakat pedesaan di jawa, melainkan suatu proses yang dinamakannya involusi. Penetrasi kapitalisme barat terhadap sistem sawah di jawa membawa kemakmuran  di barat tetapi mengakibatkan suatu proses “tinggal landas” berupa peningkatan jumlah penduduk pedesaan. Ternyata kelebihan penduduk ini dapat diserap sawah melalui proses involusi, yaitu suatu kerumitan berlebihan yang semakin rinci yang memungkinkan tiap orang tetap menerima bagian dari panen meskipun bagiannya memang semakin mengecil.

BAB III
PENUTUP
Kesimpilan
            Pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan pola dalam beberapa pola,pola pertama ialah pola linear,pola kedua,pola siklus, polaketiga,pengubahan antara pola pertama dan pola kedua.
            Masalah globalisai diulas pula oleh waters. Waters berpandangan bahwa globalisasi berlangsung di tiga bidang kehidupan, yaitu perekonomian,politik,dan budaya.
            Teori-teori moderen yang dikenal ialah teori-teori maderenisasi, teori ketergantungan,dan teori mengenai sistem dunia.
            Teori moderenisai menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama dengan negara industri maju di barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula melalui proses moderenisasi.
            Menurut  teori ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman negara-negara amerika latin,negara-negara industri menduduki posisi dominan sedangkan negara-negara dunia ketiga secara ekonomis tergantung padanya; di kala negara-negara industri mengalami kolonialisme dan neo-kolonelisme justru menjadi terbelakang.
            Menurut boeke dalam masyarakat barat kekuatan kapitalisme telah membawa peningkatan taraf hidup dan persatuan masyarakat,sedangkan dalam masyarakat timur kapitalisme justru bersifat merusak.

0 komentar:

Posting Komentar